YUDIN HITIMALA,S.Pt
Mahasiswa
Pascasarjana Manajemen Hutan Universitas Pattimura Ambon
Mantan Koordinator
Wilayah V Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI)
Pengurus DPD
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Maluku
Mantan Ketua
Umum Himpunan Pelajar Mahasiswa Pulau Buano (HIPMA Nusa Puan) Maluku
Populasi
manusi setiap waktu terjadi peningkatan yang cukup segnifikan, sehingga sampai saat
ini populasi manusia di dunia telah mencapai 9 miliar orang. Realitas yang peningkatan
populasi manusia yang dratistis ini apabila tidak di dukung dengan ketersediaan
bahan pangan yang memadai baik kuantitas maupun kualitasnya maka akan terjadi
potensi malapetaka bencana di tengah-tengah seluruh posok masyarakar dunia.
Ketergantungan masyarat dunia akan bahan pangan dapat menarik pehatian dari
seluruh lapisan masyarakat untuk harus terus berusaha dalam memproduksikan
bahan pangan. Namun dengan kenyataan sub sektor pangan selalu diperhadapkan
pada posisi dilematis akibat setiap saat terjadi alih fungsi lahan untuk
pembangunan inprastruktur dan pengalihan profesi masyarakat petani komoditi
pangan ke komuditi perkebunan justru sangat menyebabkan terjadinya ancaman kerawanan
pangn di dunia. Kondisi kepriahatinan yang lain bahwa penduduk di negara kita
diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 300.000.000 jiwa dan dengan realitas
saat ini indonesia merupakan salah satu negara yang sangat bergantung pada pangan
impor, justru kemudian bisa berakibat fatal terhadap jasmani manusia Indonesia akibat
dari pangan impor tidak ada jaminan akan adanya keamanan pangan, baik dari
sumber produksi, pengawetan bahkan proses pengangkutan dan distribusi sampai ke
tangan konsumen.
Untuk
menghindari potensi kerawanan pangan Nasional dan realitas ketergantungan
Indonesia akan bahan pangan inpor, maka sangat diperlukan adanya pelestarian
kearifan lokal sumberdaya alam Indonesia khusunya sub sektor pangan yang meruju
pada peningkatan produksi bahan pangan Nasional yang terkonsep dalam sebuah
gerakan diversifikasi pangan. Sehingga kenyataan masyarakat Indonesia yang saat
ini begitu bergantung pada komoditi beras secara berlahan-lahan akan
terhindari. Dengan diversifikasi pangan kita dapat mengembalikan identitas
masyarakat Maluku khususnya untuk lebih mencintai dan bangga akan mengkonsumsi
pangal lokalnya. Apa lagi hasil temuan Departemen Pertanian Republik Indonesia beberapa
tahun terakhir dimana saat ini terjadinya peningkatan penderita penyakit
diabetes serta terjadi penurunan daya fisik terhadap masyarakat Maluku, hal ini
di duga penyebab utamanya adalah akibat dari pengalihan konsumsi pangan
masyarakat Maluku.
Ada
potensi tumbuhan endemik tunan yang saat ini di ketahui keberadaan tumbuhnya di
Pulau Buano Provinsi Maluku dan memiliki fungsi dan peran penting dalam rangka
menjaga ketahanan pangan Nasional terutama di daerah Maluku. Tumbuhan ini
menghasilkan ubi yang baik dan di manfaatkan oleh masyarakat Pulau Buano sejak
berabad-abad lamanya sebagai salah satu bahan pangan andalan. Sebagai tumbuhan
ubi-ubian kandungan zat-zat gizi yang ada pada ubi tunan ini sangat penting
terutama dalam menjaga jasmani seorang manusia dan dapat memperlancarkan sistem
metabolisme tubuh, hal ini juga dikarenakan ubi tunan ini memiliki kandungan
serat yang tinggi.
Sat
ini masyarakat Pulau Buano mengelola ubi tumbuhan tunan tersebut menjadi produk
pangan yang siap disaji seperti kolak, bubur bening, rebus, gorengan, dan
krepek. Sehingga keberadaan tumbuhan ini sangat membantu ketahanan pangan
masyarakat setempat. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Maluku dan Kabupaten Seram
Bagian Barat harus melihat hal ini terutama untuk prospek pengembangannya agar
dapat di jadikan sebagai salah satu bahan pangan andalan oleh masyarakat di
Wilayah Maluku.
Diperkirakan
jika adanya prosepek pengembangan terhadap tumbuhan tunan ini serta adanya
ketertarikan konsumen Maluku untuk mengkonsumsinya, maka otomatis
ketergantungan masyarakat terhadap komoditi beras secara berlahan-lahan akan menurun
serta dapat menekan adanya penderita penyakit
diabiets di Maluku, dan sudah barang tentu akan ada perhatian masyarakat
Pulau Buano untuk mengembangkan tumbuhan tersebut yang saat ini hanya tumbuh
secara alami tanpa adanya proses budidaya. Bila proses budidaya akan dilakukan
secara bersar-besaran dan ada peningkatan permintaan terhadap ubi tunan tersebut
maka sudah barang tentu ada pendapatan masyarakat setempat dari penjualan ubi
tunan dan tentunya perekonomian masyarakat di Pulau Buano yang realitasnya
hidup di bawah garis kemiskinan dan penuh keterisolasian akan berubah secara
berlahan-lahan.
Tumbuhan
tunan ini merupakan tumbuhan endemik yang sangat penting
untuk di Pertahankan keberadaannya serta dapat memsosialisasikan manfaatnya
kepada publik konsumen. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan hal-hal
dimaksud kami dari sebagai seteckholder pemuda tani maluku ingin untuk
melakukan penelitian lanjutan terkait hasil riset awal yang telah kami lakukan
pada tanggal 08 s/d 10 Juni 2013 kemarin. Fokus penelitian yang nantinya akan
kami lakukan adalah berkonsentrasi pada taksonomi dan morfologi, kandungan gizi,
habibat tumbuh, hama, pengelolaan produk, nilai sosial dan ekonomi, serta yang
lebih terpenting lagi adalah prospek pengembangannya untuk dapat di budidayakan
oleh masyarakat.
Kami sangat berharap adanya perhatian penuh dari pihak pemerintah
dalam memberikan pembinaan, pengawalan, serta kebijakan yang pro akan langkah
muliah ini. Kami juga sangat menggantungkan harapan pengabdian yang mulia ini
kepada Pemrov Maluku dan Pemkab SBB dalam rangka memfasilitasi kami untuk
melakukan penelitian terhadap tumbuhan endemik ini sebagai bentuk dukungan
nyata terhadap pelestarian kearifan lokal sumberdaya alam khusuya di Pulau
Buano Provinsi Maluku, sehingga misi Nawacita Jokowi-JK terkhusunya mengenai
pencapaian kedaulatan pangan dapat terwujud nyatakan di Provinsi seribu pulau
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar