Roemah Kreatif Institut

Roemah Kreatif Institut Area - Lepa Hena Generasi Huamuale

Senin, 12 Desember 2016

RISET PEMUDA MALUKU TEMUKAN TANAMAN PANGAN BARU (TUNAN) DI KEPULAUAN BUANO


YUDIN HITIMALA BERSAMA TIM RISET

 YUDHIN HITIMALA,S.Pt
KETUA BADAN PELAKSANA WILAYAH  V ISMPI


Sesuai hasil riset awal pada tanggal 08 s/d 10 Juli 2013 oleh Tim Badan Pelaksana Wilayah V Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (BPW V ISMPI) di atas Nama : YUDIN HITIMALA, S.Pt (Ketua), MUNAWIR RUMBOUW (Anggota), TONY MAYABUBUN, H.Hut (Anggota) didapatkan data sebagai berikut :

A. Taksonomi
   Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman tunan ini belum dapat kami klasifikasikan pada kesempatan ini, hal ini dikarenakan tanaman tersebut belum kami lakukan pengujian dan identifikasi ilmiah dengan berpedoman pada literatur-literatur serta penetapan oleh lembaga-lembaga pemerintah terkait sebagaimana peraturan yang berlaku. Namun pada umumnya tanaman tunan ini termasuk tanaman ubi-umbian dan merupakan tumbuhan semusim yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari batang, ubi, daun, dan duri.

B. Morfologi
1. Batang


Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku, serta berduri. tipe pertumbuhan merambat pada pepohonan lain atau ranting yang tinggi. Panjang merambat antara ±10-15 m, dengan ukuran batang sedang dan berwarna hijau dan jika memasuki usia tua maka warna batang akan berubah menjadi hijau kekuning-kuningan. Kedudukan batang induk ke dalam tanah ± 2-3 cm.
Gambar 2: Batang Yang Berbuku


Gambar 1: Batang Yang Berduri





2. Daun
Daun berbentuk oval dan berlekuk dalam, sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaia daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, dan tulang daun membentuk jari serta berwarna hijau tua. Panjang daunya ± 7-10 cm dan lebar 4-6-cm, dan jika mencapai usia panen maka warna daun berubah menjadi hijau kekuning-kuningan.

Gambar 3: Kedudukan  Batang Daun
Gambar 4: Bentuk Daun

3. Ubi
Bentuk ubi ada yang membulat dan ada pula yang lonjong dengan membentuk helai. hal ini disesuaikan dengan kondisi tanah yang menjadi tempat kedudukan ubi tersebut. ukuran panjang ubinya mencapai ± 10 cm - 40cm dan lebar 10 - 25 cm. Kulit ubi berwarna kekuning-kuningan seperti kulit buah lansa, dengan struktur tipis, serta terdapat getah atau lendir kental. ubi tanaman ini sekeliling akar-akar serabut. Selain itu, ubi ini sangat peka terhadap air, sehingga ketika selesai menggalinya tidak bole lansung membersihkannya dengan menggunakan air terutama air laut karena jika itu dilakukan maka warna kulit dari kekuningan berubah menjadi merah dan dapat berpengaruh terhadap kelezatan dagingnya, proses pengupasan kulit ubi harus dengan hati-hati, karena pada daging ubi terdapat lendir yang kental dan dikhawatirkan kotoran menempel pada daging ubi yang hendak mau dimasak.

Gambar 10: Ubi Yang Mengumpal
Gambar 11:Ubi Yang Membentuk Helai
















1.    Akar

Akar dari tanaman tunan ini adalah akar serabut, dengan dikelilingi duri yang banyak dan tumbu keluar dari atas permukaan tanah ± 7-10 cm. Duri-duri tersebut berwarna hitam tajam.

Gambar 19: Akar Kecil yang tidak menghasilkan Ubi
Gambar 18: Akar besar yang dapat menghasilkan Ubi






1.    Kedalaman Ubi

Kedalaman ubi dengan batang yang tertanam ± 30 cm, dengan kedalaman ketika tanah di gali atara 25-30 cm, dan untuk menggalinya membutuhkan keahlian tersendiri yang dikarenakan selain kedudukan isisnya yang berjauhan dari batang tanaman terdapat pula duri yang panjang dan begitu berbahaya.  Keluarnya ubi mengikuti akar yang menjalar dan akar yang menjalar tersebut mebentuk ubi. sekalipun tanaman ini sudah dipotong namun masih bisa tumbuh dan menghasilkan ubi kembali jika ada sedikit akar yang tertanaman di dalam tanah. Sehingga potensi kepunahan tanaman ini begitu sangat kecil.

Gambar 15: Kedalaman Kedudukan Ubi


Gambar 14: Penggalian Ubi
















1.    Habitat
Habitat tumbuh tanaman ini adalah di tanah kering dan berbebatuan, dan hanya pada satu tempat yang merupakan habitat aslinya.

Gambar 15:Kedalaman kedudukan ubi
Gambar 16: habitat Tumbuh


1.    Musim panen

Musim panen besar biasanya berlansung pada bulan mei, dan dari sisi kelezatan harus di panen pada waktu tersebut. Dan biasanya jika suda masuk bulan juni-juli kualitas ubi tunan tersebut kurang lezat dikarenakan usia ubinya sudah sedikit tua.



2.    Daging 
              Daging dari ubi tunan ini berwana putih, dan terdapat banyak lendir yang kental. Biasanya kelezatannya ada pada lendir yang terkandung dalamnya

Gambar 22: Daging Ubi Tunan




Gambar 23: Hasil pengupasan



6. Hama

Hama yang sering menyerang tanaman ini adalah hama mamalia yakni hewan babi liar.



C. Sejarah Mayarakat Pulau Buano Menjadikan Tanaman Tunan Sebagai Pangan

Pulau Buano yang berada di Kecamata Huamual Belakang Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Memiliki dua Negeri defenitif di antaranaya Negeri Buano Utara yang membawahi empat dusun dan Negeri Buano Selatan yang membawahi dua Dusun. Masyarakat dua Negeri ini yang merupakan penghini pertama Pulau Buano pada awalnya mereka hidup di pengunungan dengan tempat mereka masing–masing yang tersebar di beberapa tempat yang biasa disebut dengan sebutan asi tapina oleh tua-tua adat. Dalam kehidupan berabad-abad lamanya di tengah-tengah hutan belantara, masyarakat di daearah ini hidup bergantung pada alam yang ada disekitar, kebiasaan berburu hewan liar, dan menangkap ikan di perairan pantai, serta mengkonsumsi berbagai tanaman untuk mencukupi kebutuhan hidup adalah perjuangan kehidupan mereka.

Dalam mencukupi kebutuhan hidup di tengah hutan, masyarakat di Pulau Buano mengkonsumsi berbagai tumbuh-tumbuhan yang menurut mereka dapat menjadi energi bagi jasmani, serta tidak dapat berdampak fatal terhadap kesehatan mereka. Untuk menjadikannya satu jenis tumbuhan menjadi tanaman pangan oleh masyarakat, biasanya mereka mencobanya dulu pada hewan untuk mengkonsumsinya, dan apabila hewan yang memakannya tidak terkena racun atau dampak yang buruk maka selanjutnya tumbuhan tersebut masyarakat akan menjadikannya sebagai bahan makanan.

Sebelum masuknya kaum penjajah di Indonesia khususnya di Kepulauan Maluku, masyarakat Penghuni Pulau Buano yang tersebar di beberapa tempat tersebut mereka melakukan berbagai prosesi dan ritual adat untuk kemudian mereka turun bersama-sama ke pesisir pantai dan mebentuk sebuah Negeri yang besar, yang dimana mereka sebelumya telah mengetahui secara gaib bahwa dalam waktu dekat akan ada kedatangan Bangsa luar yang masuk untuk menjaja mereka. Sehingga mereka bertekat untuk harus hidup diperairan pantai, karna jika tidak maka kaum penjajah tersebut pasti akan menurunkan mereka dari hutan dengan cara paksa dan tentunya semua harta kekayaan yang mereka miliki akan dirampas habis. Sehingga melalui suatu musyawarah yang panjang yang dilakukan oleh para pemuka-pemuka soa/dati di masing-masing tempat mereka berembuk untuk menentukan tempat dan waktu untuk mereka turun bersama-sama di pesisir pantai dan membentuk kehidupan yang baru. Kejadian inilah yang dinamakan dengan sebutan tunu manan hatu puti, yang artinya turun dari gunung untuk membentuk kehidupan baru di pesisir pantai. Itulah awal mulanya terbentuk Negeri Buano, dan pada saat itu pula belum di kenal yang namanya Negeri Buano Utara dan Negeri Buano selatan karena pada saat itu hanya terdapat satu Negeri besar yang yang dipimpin oleh satu orang raja.

Masuknya kaum penjajah di Kepulauan Buano, dan dengan menerapkan politik tanam paksa hal itu sangat mempersulit masyarakat Buano untuk mendapatkan bahan pangan. Semua hasil kerja masyarakat harus diserahkan kepada kaum penjajah, sehingga pada saat itu masyarakat setempat sangat sulit sekali untuk mendapatkan bahan pangan berupa sagu dan hasil perkebunan lainnya, serta hasil tangkapan ikan dan perburuan hewan liar. Saat itu masyarakat Pulau Buano menyembunyikan berbagai manfaat dari tanaman liar yang bisa dijadikan sebagai pangan untuk dikonsumsi. Dari berbagai jenis tanaman liar yang ada tunan merupakan sala satu pangan yang dapat berkontribusi besar kepada masyarakat Pulau Buano untuk dijadikannya sebagai bahan pangan. Masyarakat menyembunyikan berbagai informasi terkait keberadaan dan pemanfaatan tanaman tersebut, sehingga pada saat itu pula masyarakat setempat merasa sedikit leluasa dalam hal pangan.

Dari kebiasaan mengkonsumsi tanaman-tanaman liar tersebut, sampai saat ini masyarakat Pulau Buano menjadikan tunan sebagai sala satu tanaman pangan andalan yang dapat menghasilkan gizi tinggi bagi perkembangan jasmani mereka. Tanaman tunan ini dijadikan oleh masyarakat Pulau Buano sebagai bahan pangan sejak berabad-abad dimana mereka hidup sampai sekarang. Dan hal ini terus disampaikan kepada setiap generasi yang hidup untuk dijadikannya tanaman tunan tersebut sebagai salah satu pangan lokal yang berasal dari tumbuhan liar serta dapat menghasilkan gizi tinggi.



A.  Pemanfaatan Tanaman Tunan Oleh Masyarakat Pulau Buano

Kegunaan utama tanaman tunan dalam lingkungan masyarakat Pulau Buano adalah sebagai bahan pangan yang berzisi tinggi. Tanaman ini menghasilkan ubi dan dapat dijadikan oleh masyarakat setempat menjadi beberapa produk makanan yang siap di saji. Misalnya dibuat menjadi kolak, dimasak bening, digoreng, direbus, dan juga dapat dibuat menjadi krepek. Untuk menjadikannya sebagai bahan pangan, maka dalam proses mengupas kulit ubi dari tanaman tersebut yang paling utama dijaga adalah kebersihanya, karena ubi tanaman ini memliki lendir yang begitu banyak dan ketal, sehingga jika ubi tersebut terkena tanah atau kotor maka kotoran itu akan menempel keras. Selain itu, kelejatan utama tanaman pangan ini adalah ada pada lendirnya, sehingga lendir pada ubi tersebut haruslah dijaga jumlahnya serta yang paling terpenting juga adalah kebersihannya.

1.    Pembuatan kolak tunan

Bahan yang dibutuhakn adalah

-       ubi (tunan)       - santang            - daun pandang

-       gula mera         - kayu manis       - gula pasir.

2.    Pembuatan Tunan Kua Bening

Bahan yang dibutuhkan adalah

 -       Ubi (tunen)     
 - kayu manis       
 - daun pandang      
 - gula pasir

3.    Pembuatan Krepek

Bahan yang dibutuhkan adalah

 -       Ubi (tunan)     
 - saos tomat     
 - cabe   
 - minyak goreng

4.    Tunan Rebus

Untuk tunan rebus ini hanya membutuhkan air secukupnya, dan cara pembuatannya sama seperti merebus singkon dan pisang atau yang lainnya.

5.    Tunan Goreng

Untuk tunan goreng ini juga, hanya membutuhkan bahan lain yaitu minyak goreng, dan cara menggorengnya seperti menggoreng ikan, singkong, pisang, dan lain-lainya. (Lihat gambar : 25).


Gambar 25: Pengolahan Ubi menjadi Kolak bubur dan Krepek
Gambar 26: Konsumsi Ubi yang sudah masak


B.  Nilai Ekonomi Tanaman Tunan Dalam Lingkungan Mayarakat Pulau Buano

Dari hasil obserfasi dan wawancara yang kami lakukan dilapangan, bahwa ternyata tanaman tunan ini memiliki manfaat yang cukup besar sebagai bahan pangan namun tanaman ini tidak memiliki nilai jual apa-apa dalam lingkungan masyarakat Pulau Buano terutam di Negeri Buano Utara dan Buano Selatan. Masyarakat Pulau Buano hampir rata-rata hidup di bawah klasifikasi golongan ekonomi menengah ke bawah, namun mereka begitu gengsi menjual ubi dari tanaman tunan ini yang dikarenakan tanaman ini tumbuh secara alami di tengah-tengah hutan dan tidak dibudidayakan serta kesediaannya dalam jumlah yang banyak. Sehingga bagi masyarakat siapa saja yang mengiingkannya untuk memakan, mereka bisa lansung mendapatkannya ketika berkunjung di hutan. Selain itu jika dibawah kerumah maka ubi tunan ini hanya diminta-minta atau dibagi-bagiakan kepada para tetangga atau masyarakat lainnya.



C.  Peranan Tanaman Tunan Dalam Lingkungan Sosial Masyarakat Pulau Buano

            Pulau Buano merupakan tempat yang banyak menyimpan sejarah Nunusaku, berbagai tradisi yang merupakan titipan para leleuhur selalu dipupuk dan dilestarikan dalam berbagai prosesi-prosesi kehidupan mereka. Mereka berpendapat bahwa tak ada harta yang berharga selain menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat yang merupakan emas-berlian titipan nenek moyang mereka.

Ada banyak fungsi dan kegunaan tanaman tunan dalam lingkungan masyarakat Pulau Buano, kegunaan tanaman ini begitu nyata ketika tiba bulan suci ramadhan. Masyarakat Pulau Buano pada umumya dan Negeri Buano Utara pada khususnya yang merupakan representasi mayotitas pemeluk agama islam, mereka biasanya menyajikan ubi dari tanaman tunan tersebut yang dibuat menjadi kolak dan masak bening untuk dijadikan sebagai hidangan yang dapat dikonsumsi pada saat berbuka puasa. Biasanya tiga sampai lima sebelum datangnya bulan puasa, masyakat berbondong-bondong menuju hutan untuk mengambil ubi dari tanaman tunan dan disimpan di rumah. Sehingga jika masuk aktifitas bulan puasa mereka mengerjakan ubi tunan tersebut menjadi makanan yang diap dikonsumsi.

Selain itu, masyakat Pulau Buano juga sering kali menggunakan ubi tanaman tunan ini sebagai suatu simbol religi atau magis yang dikaitkan pada makanan. Biasanya ketika menjamukan tamu sering kali mereka menghidangkan pangan dari tanaman tersebut di atas meja sebagai simbol keakraban dan persaudaraan antara tuan rumah dan tamu yang hendak berkunjung ke rumahnya, dan dapat menjadi alternatif keakraban dan simbol komunikasi.



C.  Harapan dan Tantangan

Tanaman tunan adalah tanaman endemik yang sampai saat ini diketahui keberadaan tumbuhnya di Pulau Buano Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, sampai saat ini juga keberadaan dan pemanfaatan tanaman endemik ini belum dilakukan pengujian-pengujian ilmiah terkait kandungan gizinya, peluang dan tanatangan budidaya, serta nilai ekonomisnya dalam lingkungan masyarakat konsumen. Oleh karena itu, kegiatan riset awal yang perna kami lakukan tersebut merupakan suatu langkah awal dalam rangka mengumpulkan berbagai data dan infomasi untuk dapat kami kembangkan dalam kegiatan penelitian nanti.

Keberadaan tanaman pangan endemik ini merupakan suatu karunia Tuhan yang patut dijaga dan dilestarikan, sehingga dapat bermanfaat untuk generasi-generasi kedepannya. Selain itu, potensi ini pula sangat perlu untuk dikembangan sebagai sebuah upaya nayata dalam menghindari kerawanan pangan yang terjadi di Provinsi Maluku. Manfaat ekonomi tenaman endemik ini sampai saat ini pula belum menampakan sesuatu yang bermuara pada materi, nilainya saat ini hanya biasa-biasa saja. Sehingga kami berupaya keras untuk melakukan satu terobosan baru dan mempublikasikannya kepada khalayak ramai tentang manfaat dan kegunaan tanaman endemik ini. Sehingga kedepannya nanti fenomena ketidaknilaian produk tersebut dari yang biasa-biasa saja dapat berubah menjadi luar biasa akibat karena adanya ketergantungan konsumen, dan jika terobosan ini dapat kami lakukan maka tentunya dapat mengangkat derajat perekonomian masyarakat setempat serta mengurangi tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku yang realitasnya menempati posisi provinsi termiskin di Indonesia nomor urut tiga.

Kami sangat berharap bantuan semua pihak Pemerintah pusat dan Pemerintaah Provinsi Maluku dalam upaya mendukung semua rangkaian yang berhubungan dengan kegiatan ini, sebagai suatu langkah partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan Bangsa dan Daerah, dan sekaligus menjadi komitmen kita bersama dalam mewujud nyatakan keterpanggilan pemerintah dalam menuntaskan persoalan kemiskinan di Negeri ini.Sekian dan Terimah Kasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar