YUDIN HITIMALA BERSAMA TIM RISET |
YUDHIN HITIMALA,S.Pt
KETUA BADAN PELAKSANA WILAYAH V ISMPI
Sesuai hasil riset awal pada tanggal 08 s/d 10 Juli 2013 oleh Tim Badan Pelaksana Wilayah V Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (BPW V ISMPI) di atas Nama : YUDIN HITIMALA, S.Pt (Ketua), MUNAWIR RUMBOUW (Anggota), TONY MAYABUBUN, H.Hut (Anggota) didapatkan data sebagai berikut :
A. Taksonomi
Dalam sistematika
(taksonomi) tumbuhan, tanaman tunan ini belum dapat kami klasifikasikan pada
kesempatan ini, hal ini dikarenakan tanaman tersebut belum kami lakukan
pengujian dan identifikasi ilmiah dengan berpedoman pada literatur-literatur
serta penetapan oleh lembaga-lembaga pemerintah terkait sebagaimana peraturan
yang berlaku. Namun pada umumnya tanaman tunan ini termasuk tanaman ubi-umbian
dan merupakan tumbuhan semusim yang memiliki susunan tubuh utama terdiri dari
batang, ubi, daun, dan duri.
B. Morfologi
1.
Batang
Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbuku-buku,
serta berduri. tipe pertumbuhan merambat pada pepohonan lain atau ranting yang
tinggi. Panjang merambat antara ±10-15 m, dengan ukuran batang sedang dan
berwarna hijau dan jika memasuki usia tua maka warna batang akan berubah
menjadi hijau kekuning-kuningan. Kedudukan batang induk
ke dalam tanah ± 2-3 cm.
Gambar 2: Batang Yang Berbuku |
Gambar 1: Batang Yang Berduri |
2. Daun
Daun berbentuk oval dan berlekuk dalam,
sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaia daun berukuran lebar, menyatu
mirip bentuk jantung, dan tulang daun membentuk jari serta berwarna hijau tua.
Panjang daunya ± 7-10 cm dan lebar 4-6-cm, dan jika mencapai usia panen maka
warna daun berubah menjadi hijau kekuning-kuningan.
![]() |
Gambar 3: Kedudukan Batang Daun |
Gambar 4: Bentuk Daun |
3. Ubi
Bentuk ubi ada yang membulat dan ada
pula yang lonjong dengan membentuk helai. hal ini disesuaikan dengan kondisi
tanah yang menjadi tempat kedudukan ubi tersebut. ukuran panjang ubinya
mencapai ± 10 cm - 40cm
dan lebar 10 - 25 cm. Kulit ubi berwarna kekuning-kuningan seperti kulit
buah lansa, dengan struktur tipis, serta terdapat getah atau lendir kental.
ubi tanaman ini sekeliling akar-akar serabut. Selain itu, ubi ini sangat peka
terhadap air, sehingga ketika selesai menggalinya tidak bole lansung
membersihkannya dengan menggunakan air terutama air laut karena jika itu
dilakukan maka warna kulit dari kekuningan berubah menjadi merah dan dapat
berpengaruh terhadap kelezatan dagingnya, proses pengupasan kulit ubi harus dengan
hati-hati, karena pada daging ubi terdapat lendir yang kental dan dikhawatirkan
kotoran menempel pada daging ubi yang hendak mau dimasak.
Gambar 10: Ubi Yang Mengumpal |
Gambar 11:Ubi Yang Membentuk Helai |
1.
Akar
Akar dari
tanaman tunan ini adalah akar serabut, dengan dikelilingi duri yang banyak dan
tumbu keluar dari atas permukaan tanah ± 7-10 cm. Duri-duri tersebut berwarna
hitam tajam.
![]() |
Gambar 19: Akar Kecil yang tidak menghasilkan Ubi |
![]() |
Gambar 18: Akar besar yang dapat menghasilkan Ubi |
1.
Kedalaman Ubi
Kedalaman ubi dengan batang yang tertanam ± 30 cm,
dengan kedalaman ketika tanah di gali atara 25-30 cm, dan untuk menggalinya
membutuhkan keahlian tersendiri yang dikarenakan selain kedudukan isisnya yang
berjauhan dari batang tanaman terdapat pula duri yang panjang dan begitu
berbahaya. Keluarnya ubi mengikuti akar
yang menjalar dan akar yang menjalar tersebut mebentuk ubi. sekalipun tanaman
ini sudah dipotong namun masih bisa tumbuh dan menghasilkan ubi kembali jika
ada sedikit akar yang tertanaman di dalam tanah. Sehingga potensi kepunahan
tanaman ini begitu sangat kecil.
![]() | |
Gambar 15: Kedalaman Kedudukan Ubi |
![]() |
Gambar 14: Penggalian Ubi |
1. Habitat
Habitat tumbuh tanaman ini adalah di tanah
kering dan berbebatuan, dan hanya pada satu tempat yang merupakan habitat
aslinya.![]() |
Gambar 15:Kedalaman kedudukan ubi |
![]() |
Gambar 16: habitat Tumbuh |
1. Musim
panen
Musim
panen besar biasanya berlansung pada bulan mei, dan dari sisi kelezatan harus
di panen pada waktu tersebut. Dan biasanya jika suda masuk bulan juni-juli
kualitas ubi tunan tersebut kurang lezat dikarenakan usia ubinya sudah sedikit
tua.
2. Daging
Daging dari ubi tunan ini berwana putih, dan terdapat
banyak lendir yang kental. Biasanya kelezatannya ada pada lendir yang terkandung dalamnya
Gambar 23: Hasil pengupasan |
6. Hama
Hama
yang sering menyerang tanaman ini adalah hama mamalia yakni hewan babi liar.
C.
Sejarah Mayarakat Pulau Buano Menjadikan Tanaman Tunan Sebagai Pangan
Pulau
Buano yang berada di Kecamata Huamual Belakang Kabupaten Seram Bagian Barat
Provinsi Maluku. Memiliki dua Negeri defenitif di antaranaya Negeri Buano Utara
yang membawahi empat dusun dan Negeri Buano Selatan yang membawahi dua Dusun.
Masyarakat dua Negeri ini yang merupakan penghini pertama Pulau Buano pada
awalnya mereka hidup di pengunungan dengan tempat mereka masing–masing yang
tersebar di beberapa tempat yang biasa disebut dengan sebutan asi tapina oleh tua-tua adat. Dalam kehidupan berabad-abad lamanya di tengah-tengah hutan belantara,
masyarakat di daearah ini hidup bergantung pada alam yang ada disekitar, kebiasaan berburu hewan liar, dan
menangkap ikan di perairan pantai, serta mengkonsumsi berbagai tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hidup adalah perjuangan kehidupan mereka.
Dalam
mencukupi kebutuhan hidup di tengah hutan, masyarakat di Pulau Buano
mengkonsumsi berbagai tumbuh-tumbuhan yang menurut mereka dapat menjadi energi
bagi jasmani, serta tidak dapat berdampak fatal terhadap kesehatan mereka.
Untuk menjadikannya satu jenis tumbuhan menjadi tanaman pangan oleh masyarakat,
biasanya mereka mencobanya dulu pada hewan untuk mengkonsumsinya, dan apabila
hewan yang memakannya tidak terkena racun atau dampak yang buruk maka
selanjutnya tumbuhan tersebut masyarakat akan menjadikannya sebagai bahan
makanan.
Sebelum
masuknya kaum penjajah di Indonesia khususnya di Kepulauan Maluku, masyarakat
Penghuni Pulau Buano yang tersebar di beberapa tempat tersebut mereka melakukan
berbagai prosesi dan ritual adat untuk kemudian mereka turun bersama-sama ke
pesisir pantai dan mebentuk sebuah Negeri yang besar, yang dimana mereka
sebelumya telah mengetahui secara gaib bahwa dalam waktu dekat akan ada
kedatangan Bangsa luar yang masuk untuk menjaja mereka. Sehingga mereka
bertekat untuk harus hidup diperairan pantai, karna jika tidak maka kaum
penjajah tersebut pasti akan menurunkan mereka dari hutan dengan cara paksa dan
tentunya semua harta kekayaan yang mereka miliki akan dirampas habis. Sehingga
melalui suatu musyawarah yang panjang yang dilakukan oleh para pemuka-pemuka
soa/dati di masing-masing tempat mereka berembuk untuk menentukan tempat dan
waktu untuk mereka turun bersama-sama di pesisir pantai dan membentuk kehidupan
yang baru. Kejadian inilah yang dinamakan dengan sebutan tunu manan hatu puti, yang artinya turun dari gunung untuk
membentuk kehidupan baru di pesisir pantai. Itulah awal mulanya terbentuk
Negeri Buano, dan pada saat itu pula belum di kenal yang namanya Negeri Buano
Utara dan Negeri Buano selatan karena pada saat itu hanya terdapat satu Negeri
besar yang yang dipimpin oleh satu orang raja.
Masuknya
kaum penjajah di Kepulauan Buano, dan dengan menerapkan politik tanam paksa hal
itu sangat mempersulit masyarakat Buano untuk mendapatkan bahan pangan. Semua
hasil kerja masyarakat harus diserahkan kepada kaum penjajah, sehingga pada
saat itu masyarakat setempat sangat sulit sekali untuk mendapatkan bahan pangan
berupa sagu dan hasil perkebunan lainnya, serta hasil tangkapan ikan dan
perburuan hewan liar. Saat
itu masyarakat Pulau Buano menyembunyikan berbagai manfaat dari tanaman liar
yang bisa dijadikan sebagai pangan untuk dikonsumsi. Dari berbagai jenis
tanaman liar yang ada tunan merupakan sala satu pangan yang dapat berkontribusi
besar kepada masyarakat Pulau Buano untuk dijadikannya sebagai bahan pangan.
Masyarakat menyembunyikan berbagai informasi terkait keberadaan dan pemanfaatan
tanaman tersebut, sehingga pada saat itu pula masyarakat setempat merasa
sedikit leluasa dalam hal pangan.
Dari
kebiasaan mengkonsumsi tanaman-tanaman liar tersebut, sampai saat ini
masyarakat Pulau Buano menjadikan tunan sebagai sala satu tanaman pangan
andalan yang dapat menghasilkan gizi tinggi bagi perkembangan jasmani mereka.
Tanaman tunan ini dijadikan oleh masyarakat Pulau Buano sebagai bahan pangan
sejak berabad-abad dimana mereka hidup sampai sekarang. Dan hal ini terus
disampaikan kepada setiap generasi yang hidup untuk dijadikannya tanaman tunan
tersebut sebagai salah satu pangan lokal yang berasal dari tumbuhan liar serta
dapat menghasilkan gizi tinggi.
A. Pemanfaatan Tanaman Tunan Oleh
Masyarakat Pulau Buano
Kegunaan utama tanaman
tunan dalam lingkungan masyarakat Pulau Buano adalah sebagai bahan pangan yang
berzisi tinggi. Tanaman ini menghasilkan ubi dan dapat dijadikan oleh
masyarakat setempat menjadi beberapa produk makanan yang siap di saji. Misalnya
dibuat menjadi kolak, dimasak bening, digoreng, direbus, dan juga dapat dibuat
menjadi krepek. Untuk menjadikannya sebagai bahan pangan, maka dalam proses mengupas
kulit ubi dari tanaman tersebut yang paling utama dijaga adalah kebersihanya,
karena ubi tanaman ini memliki lendir yang begitu banyak dan ketal, sehingga
jika ubi tersebut terkena tanah atau kotor maka kotoran itu akan menempel
keras. Selain itu, kelejatan utama tanaman pangan ini adalah ada pada
lendirnya, sehingga lendir pada ubi tersebut haruslah dijaga jumlahnya serta
yang paling terpenting juga adalah kebersihannya.
1. Pembuatan
kolak tunan
Bahan yang dibutuhakn adalah
- ubi
(tunan) - santang
- daun pandang
- gula
mera - kayu manis -
gula pasir.
2. Pembuatan
Tunan Kua Bening
Bahan yang dibutuhkan adalah
- Ubi
(tunen)
- kayu manis
- daun pandang
- gula pasir
- kayu manis
- daun pandang
- gula pasir
3. Pembuatan
Krepek
Bahan yang dibutuhkan adalah
- Ubi
(tunan)
- saos tomat
- cabe
- minyak goreng
- saos tomat
- cabe
- minyak goreng
4. Tunan
Rebus
Untuk tunan
rebus ini hanya membutuhkan air secukupnya, dan cara pembuatannya sama seperti
merebus singkon dan pisang atau yang lainnya.
5. Tunan
Goreng
Untuk tunan
goreng ini juga, hanya membutuhkan bahan lain yaitu minyak goreng, dan cara
menggorengnya seperti menggoreng ikan, singkong, pisang, dan lain-lainya.
(Lihat gambar : 25).
Gambar 25: Pengolahan Ubi menjadi Kolak bubur dan Krepek |
![]() |
Gambar 26: Konsumsi Ubi yang sudah masak |
B. Nilai Ekonomi Tanaman Tunan Dalam
Lingkungan Mayarakat Pulau Buano
Dari hasil obserfasi
dan wawancara yang kami lakukan dilapangan, bahwa ternyata tanaman tunan ini
memiliki manfaat yang cukup besar sebagai bahan pangan namun tanaman ini tidak
memiliki nilai jual apa-apa dalam lingkungan masyarakat Pulau Buano terutam di
Negeri Buano Utara dan Buano Selatan. Masyarakat Pulau Buano hampir rata-rata
hidup di bawah klasifikasi golongan ekonomi menengah ke bawah, namun mereka
begitu gengsi menjual ubi dari tanaman tunan ini yang dikarenakan tanaman ini
tumbuh secara alami di tengah-tengah hutan dan tidak dibudidayakan serta
kesediaannya dalam jumlah yang banyak. Sehingga bagi masyarakat siapa saja yang
mengiingkannya untuk memakan, mereka bisa lansung mendapatkannya ketika
berkunjung di hutan. Selain itu jika dibawah kerumah maka ubi tunan ini hanya
diminta-minta atau dibagi-bagiakan kepada para tetangga atau masyarakat
lainnya.
C. Peranan Tanaman Tunan Dalam
Lingkungan Sosial Masyarakat Pulau Buano
Pulau
Buano merupakan tempat yang banyak menyimpan sejarah Nunusaku, berbagai tradisi
yang merupakan titipan para leleuhur selalu dipupuk dan dilestarikan dalam
berbagai prosesi-prosesi kehidupan mereka. Mereka berpendapat bahwa tak ada
harta yang berharga selain menjunjung tinggi nilai-nilai adat istiadat yang
merupakan emas-berlian titipan nenek moyang mereka.
Ada banyak fungsi dan
kegunaan tanaman tunan dalam lingkungan masyarakat Pulau Buano, kegunaan
tanaman ini begitu nyata ketika tiba bulan suci ramadhan. Masyarakat Pulau
Buano pada umumya dan Negeri Buano Utara pada khususnya yang merupakan
representasi mayotitas pemeluk agama islam, mereka biasanya menyajikan ubi dari
tanaman tunan tersebut yang dibuat menjadi kolak dan masak bening untuk
dijadikan sebagai hidangan yang dapat dikonsumsi pada saat berbuka puasa.
Biasanya tiga sampai lima sebelum datangnya bulan puasa, masyakat
berbondong-bondong menuju hutan untuk mengambil ubi dari tanaman tunan dan
disimpan di rumah. Sehingga jika masuk aktifitas bulan puasa mereka mengerjakan
ubi tunan tersebut menjadi makanan yang diap dikonsumsi.
Selain itu, masyakat
Pulau Buano juga sering kali menggunakan ubi tanaman tunan ini sebagai suatu simbol religi atau magis yang dikaitkan pada makanan.
Biasanya ketika menjamukan tamu sering kali mereka menghidangkan pangan dari
tanaman tersebut di atas meja sebagai simbol keakraban dan persaudaraan antara
tuan rumah dan tamu yang hendak berkunjung ke rumahnya, dan dapat menjadi alternatif keakraban dan
simbol komunikasi.
C. Harapan dan Tantangan
Tanaman
tunan adalah tanaman endemik yang sampai saat ini diketahui keberadaan
tumbuhnya di Pulau Buano Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, sampai
saat ini juga keberadaan dan pemanfaatan tanaman endemik ini belum dilakukan
pengujian-pengujian ilmiah terkait kandungan gizinya, peluang dan tanatangan
budidaya, serta nilai ekonomisnya dalam lingkungan masyarakat konsumen. Oleh
karena itu, kegiatan riset awal yang perna kami lakukan tersebut merupakan
suatu langkah awal dalam rangka mengumpulkan berbagai data dan infomasi untuk
dapat kami kembangkan dalam kegiatan penelitian nanti.
Keberadaan
tanaman pangan endemik ini merupakan suatu karunia Tuhan yang patut dijaga dan
dilestarikan, sehingga dapat bermanfaat untuk generasi-generasi kedepannya.
Selain itu, potensi ini pula sangat perlu untuk dikembangan sebagai sebuah
upaya nayata dalam menghindari kerawanan pangan yang terjadi di Provinsi
Maluku. Manfaat ekonomi tenaman endemik ini sampai saat ini pula belum
menampakan sesuatu yang bermuara pada materi, nilainya saat ini hanya
biasa-biasa saja. Sehingga kami berupaya keras untuk melakukan satu terobosan
baru dan mempublikasikannya kepada khalayak ramai tentang manfaat dan kegunaan
tanaman endemik ini. Sehingga kedepannya nanti fenomena ketidaknilaian produk
tersebut dari yang biasa-biasa saja dapat berubah menjadi luar biasa akibat
karena adanya ketergantungan konsumen, dan jika terobosan ini dapat kami
lakukan maka tentunya dapat mengangkat derajat perekonomian masyarakat setempat
serta mengurangi tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku yang realitasnya
menempati posisi provinsi termiskin di Indonesia nomor urut tiga.
Kami sangat
berharap bantuan semua pihak Pemerintah pusat dan Pemerintaah Provinsi Maluku
dalam upaya mendukung semua rangkaian yang berhubungan dengan kegiatan ini,
sebagai suatu langkah partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan Bangsa
dan Daerah, dan sekaligus menjadi komitmen kita bersama dalam mewujud nyatakan
keterpanggilan pemerintah dalam menuntaskan persoalan kemiskinan di Negeri ini.Sekian dan Terimah Kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar